MAKALAH
“PERMASALAHAN EKOSISTEM
PESISIR”
Oleh :
KELOMPOK II
UNIVERSITAS
SAMRATULANGI
FAKULTAS PERIKANAN DAN
ILMU KELAUTAN
MANADO
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur
dipersembahkan kepada Tuhan, karena telah mengaruniakan hikmat dan kekuatan
sehingga kelompok II dapat menyelesaikan penyusunan makalahini.
Makalah ini disusun dengan maksud memberikan informasi tentang
berbagai permasalahan dan penanggulangan ancaman pada kawasan pesisir.
Dalam penyusunan makalah ini kami
kelompok II menghaturkan terima kasih kepada Dosenpengasuh mata kuliah
Pengantar pengelolaan pesisir di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Samratulangi Manado yang telah membanti kami dalam penyelesaian
penyusunan makalah ini sehingga dapat selesai dan dipersentasikan.
Kami menyadari keterbatasan dalam
penyusunan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan. Akhirnya semoga makalah ini berguna bagi pihak
yang membutuhkannya.
Manado, Februari 2013
Team Kelompok II
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
terletak sangat strategis ,yaitu di daerah tropis, diapit oleh dua benua (Asia
dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan Pasifik). Letak yang strategis ini
menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam khususnya
pesisir. Wisata bahari, budi daya tambak, pertambangan dan pemukiman adalah
beberapa contoh potensi ekonomi yang bernilai tinggi. Tak heran apabila daerah
pesisir menjadi daya tarik bagi seluruh pihak untuk mengelola dan
memanfaatkannya dari segi ekonomi maupun politikya. Delinom (2007:2)
mendefinisikan, Daerah pesisir adalah jalur tanah darat/kering yang
berdampingan dengan laut, dimana lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi
secara langsung lingkungan ruang bagian laut, dan sebaliknya. Daerah pesisir
adalah jalur yang membatasi daratan dengan laut atau danau dengan lebar
bervariasi. Daerah ini selalu berkembang dengan pesatnya pembangunan yang
dilakukan berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut secara tidak langsung
mengakibatkan kerusakan lingkungan karena aktivitas yang dilakukan di darat
maupun di laut. Hal ini menjadikan ekosistem pesisir sebagai ekosistem yang
rentan terhadap kerusakan dan perusakan baik alami maupun buatan.
Penanggulangan atas permasalahan tersebut secara bijak dan tepat dapat
mengurangi maupun mencegah kerusakan yang terjadi. Makalah ini menyajikan
permasalahan pesisir yang diakibat oleh faktor alam maupun manusia beserta
penanggulangannya yang tepat atas permasalahan yang dihadapi.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan
yang dirumuskan dan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Permasalahan apa saja yang terdapat di
daerah pesisir?
2.
Apa saja penyebab permasalahan pesisir?
3. Bagaimana cara menanggulangi permasalahan
pesisir yang terjadi?
1.3 Tujuan
Tujuan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui permasalahan yang terdapat di
daerah pesisir.
2. Mengetahui penyebab dari permasalahan yang
terjadi di daerah pesisir.
3. Mengetahui cara menangani permasalahan yang
terjadi di daerah pesisir.
1.4 Manfaat
1.Makalah ini diharapkan dapat
memberikan gambaran atas permasalahan pesisir dan penanggulangan yang tepat atas
permasalahan yang terjadi.
2. Makalah ini dapat memberikan
literatur mengenai permasalahan pesisir dan penanggulangan yang tepat bagi
kalangan akademisi dan peneliti.
3. Makalah ini dapat menambah wawasan dan
memberikan inspirasi dalam penanggulangan atas permasalahan pesisir.
4. Makalah ini dapat memberikan inspirasi atas
kebijakan hukum dalam mengelola sumber daya pesisir secara lestari dan terpadu.
BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.
Permasalahan pesisir
Sumber
daya pesisir memiliki produktifitas yang tinggi dalam pembangunan karena dapat
meningkatkan devisa, lapangan kerja, pendapatan dan kesejahteraan penduduk.
Banyaknya kegiatan yang dilakukan di daerah pesisir mengakibatkan daerah ini
sangat rentan terhadap kerusakan dan pengrusakan. Menurut Hinrichsen(1997)
dalam Idris(2001), “wilayah pesisir memiliki tingkat kepadatan penduduk dan
intensitas pembangunan industri yang tinggi, sehingga lingkungan pesisir sering
mendapat tekanan manusia yang tinggi”. Kerusakan sumber daya alam saat ini
tidak terlepas dari perilaku manusia dalam memperlakukan alam. Perilaku manusia
saat ini dipengaruhi oleh etika antroposentrisme dimana cara pandang manusia
hanya melihat dari sudut prinsip etika terhadap manusia saja, baik dari sisi
kebutuhannya maupun kepentingannya yang lebih tinggi dan terkadang sangat
khusus dibandingkan dengan makhluk lain. Makhluk selain manusia dan benda
lainnya hanya dianggap sebagai alat peningkat kesejahteraan manusia atau yang
dikenal dengan prinsip instrumentalistik (Susilo 2008:61).
2.2 Penyebab Kerusakan
Pesisir
Diposaptono
(2001:8-14) membagi penyebab kerusakan pesisir menjadi dua, yaitu: kerusakan
karena faktor alam dan kerusakan akibat antropogenik yakni;
2.2.1 Kerusakan karena Faktor Alam
Kerusakan
yang diakibatkan oleh faktor alam adalah gempa, tsunami, badai, banjir,
el-Nino, pemanasan, predator, erosi. Kerusakan yang diakibatkan oleh faktor
alam dapat terjadi secara alami ataupun akibat campur tangan manusia hingga
mengakibatkan bencana alam. Bencana alam berupa tsunami sering memakan korban
yang tidak sedikit dan menimbulkan kerusakan di daerah pesisir akibat gelombang
laut yang ditimbulkan oleh suatu gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut.
Masalah banjir di Indonesia lebih sering disebabkan oleh manusia. Contoh-contoh
penyebabnya, yaitu: pengembangan kota yang tidak mampu atau tidak sempat
membangun sarana drainase, adanya bangunan-bangunan liar di sungai, sampah yang
dibuang di sungai, penggundulan di daerah hulu dan perkembangan kota di daerah
hulu. Masalah erosi yang terjadi dapat pula disebabkan oleh proses alami,
aktivitas manusia ataupun kombinasi keduanya.
2.2.2 Kerusakan Akibat Antropogenik
Perilaku
manusia banyak dipengaruhi oleh etika antroposentrisme. Antroposentrisme ini
merupakan simbol kerakusan manusia yang tidak hanya bersifat individual tetapi
dapat bersifat kolektif. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka
muncul indutrialisasi yang kini marak dilakukan. Manusia tidak hanya
memanfaatkan alam sebatas keperluannya tetapi kini manusia telah
memanfaatkannya melebihi yang dibutuhkannya. Hal ini berarti manusia
mengeksploitasi alam dan lingkungan untuk mengeruk keuntungan
sebanyak-banyaknya tanpa berpikir panjang terhadap dampak yang akan terjadi.
Dampak akibat aktivitas tersebut dapat merusak sumber daya alam khususnya dalam
hal ini ekosistem pesisir.
Aktivitas
manusia pun dapat menimbulkan pencemaran yang mengancam ekosistem.
Pencemaran-pencemaran tersebut dapat menimbulkan kerusakan fisik yang fatal di
daerah pesisir. Miller (2004) dalam Mukhtasor (2007:7),“pencemaran adalah
sebarang penambahan pada udara, air dan tanah, atau makanan yang membahayakan
kesehatan, ketahanan atau kegiatan manusia atau organisme hidup lainnya”.
Undang-Undang No.23 Tahun 1997 dalam Mukhtasor (2007:7), “pencemaran adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain
ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
tersebut tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya”. Hal ini berarti,
pencemaran tidak hanya dapat merusak tatanan ekosistem pesisir tetapi juga
dapat membahayakan kesehatan manusia serta dapat mematikan makhluk hidup yang
memanfaatkan sumber daya pesisir yang telah tercemar tersebut. Beberapa contoh
kejadian pencemaran pesisir dan laut dapat dilihat pada lampiran 1 (tabel 1.1).
Berdasarkan
sumbernya, kerusakan yang disebabkan oleh antropogenik dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Darat
Daerah-daerah
pesisir yang memiliki pencemaran tinggi adalah daerah industri, daerah yang
padat penduduk dan pertanian. UNEP(1995) dalam Idris(2001), “sumber utama
pencemaran pesisir dan lautan berasal dari daratan yang terdiri dari tiga
jenis, yaitu dari kegiatan industri, kegiatan rumah tangga, dan kegiatan
pertanian”. Kegiatan-kegiatan tersebut telah menyumbangkan limbah berupa limbah
cair dan padat yang menimbulkan dampak serius pada daerah pesisir dan makhluk
hidup sekitarnya.
Kegiatan
rumah tangga seringkali menimbulkan limbah domestik berupa limbah cair dan
padat. Limbah cair domestik dapat dibagi dibagi dalam dua kategori, yaitu: (1)
limbah cair yang berasal dari air cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan
pestisida; (2) limbah cair yang berasal dari kakus seperti sabun, shampoo,
tinja dan air seni.[2] Limbah cair mengandung bahan organik dan anorganik serta
jutaan sel mikroba dan bakteri.
Pabrik-pabrik
yang berada di sekitar pesisir pun menimbulkan pencemaran berupa limbah
industri. Limbah industri tersebut mengandung unsur yang sangat beracun,
seperti basa, logam berat dan bahan organik yang beracun. Menurut Diposaptono
(2001:8-15), pencemaran oleh industri dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: perencanaan daerah
industri yang tidak teratur, perencanaan tata kota yang kurang baik, dan tidak
tersedianya fasilitas pengolah limbah pada daerah industri.
Limbah
padat berupa sampah kebanyakan berasal dari rumah tangga. Pembuangan sampah ke
laut sering menjadi alternatif penduduk karena pembuangan sampah di daratan
dinilai tidak efektif dan munculnya anggapan membuang sedikit sampah tidak akan
berpengaruh bagi lautan yang luas. Kebiasaan yang buruk tersebut menimbulkan
berbagai pengaruh terhadap kehidupan laut. Sampah-sampah yang mengapung akan
terdampar di pantai dan mengurangi keindahan laut serta menghalangi penetrasi
cahaya matahari. Sedangkan sampah yang berat akan tenggelam ke dasar laut dan
berpengaruh terhadap komunitas bentos (Mukhtasor 2007:137-142).
2. Laut
Aktivitas
manusia yang dapat merusak ekosistem pesisir, yaitu: pengerukan sedimen dan
pembuangan material hasil pengerukan, tumpahan minyak. Aktivitas tersebut
menimbulkan pencemaran yang dapat merusak. Sumber pencemaran yang sangat besar
berasal dari pengerukan sedimen yang terus menerus dan pembuangan material
hasil pengerukan. Material hasil kerukan biasanya dibuang beberapa kilometer
dari pantai sehingga menimbulkan efek pencemaran bagi kehidupan perairan
sekitar. Selain itu, juga dapat menimbulkan turbiditas[3] yang mengancam
bentik[4]. Hal ini berpengaruh bagi kehidupan perairan karena kebanyakan bahan
kerukan diambil dari daerah pelabuhan yang biasanya telah tercemar (Mukhtasor
2007:170-187).
Tumpahan
minyak ke laut dapat berasal dari berbagai sumber yang dapat dilihat pada
lampiran 2 (Gambar 1.1.). Biasanya tumpahan minyak berasal dari tabrakan kapal
tanker, atau dari proses yang disengaja seperti pencucian tangki balas.
Peristiwa tumpahan minyak di perairan Indonesia pun sering terjadi, misalnya dalam
kurun waktu 1997-2001 pada lampiran 1 (tabel 1.3). Tumpahan minyak tersebut
merupakan sumber pencemaran yang sangat membahayakan karena dapat menurunkan
kualitas air laut, baik karena efek langsung maupun efek jangka panjang. Efek
jangka panjang yang ditimbulkan pada lingkungan laut berupa perubahan
karakteristik populasi spesies laut atau struktur ekologi komunitas laut.
Selain itu, tumpahan minyak dapat berdampak buruk terhadap kesejahteraan
masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya di sektor perikanan dan budi
daya (Mukhtasor 2007:234:249).
BAB III. PENANGGULANGAN
PERMASALAHAN PESISIR
Penanggulangan
kerusakan pesisir dilakukan untuk menangani permasalahan yang terjadi di daerah
pesisir. Kegiatan penanggulangan ini dapat dilakukan dengan mitigasi[5],
kegiatan preventif/pencegahan dan kegiatan pemulihan yang meliputi rehabilitasi
dan rekonstruksi (Diposaptono 2001:8-15).
3.1 Kegiatan Mitigasi
Kegiatan
mitigasi dapat dilakukan untuk menangani permasalahan di daerah pesisir seperti
penanggulangan pada kerusakan yang diakibatkan oleh faktor alam. Kegiatan
penanggulangannya dengan menanam mangrove di wilayah pesisir yang rentan
terhadap bencana tsunami atau erosi. Penanaman mangrove dapat berfungsi sebagai
penghadang gempuran tsunami atau ombak, sehingga energi gelombang dapat diredam
dan akan mengurangi dampak negatif berupa korban jiwa dan harta benda.
3.2 Kegiatan
Preventif/Pencegahan
Kegiatan
preventif/pencegahan adalah kegiatan yang berupa untuk mencegah terjadinya
kerusakan. Kegiatan ini misalnya penerapan AMDAL[6] yang berupaya mencegah
kerusakan pesisir. Pada masalah limbah domestik dapat dilakukan pengolahan
sampah dan Gerakan Bersih Pantai dan Laut sedangkan limbah pemanfaatan ikan
dapat diolah menjadi pakan ikan, terasi.
3.3 Kegiatan Pemulihan
Kegiatan pemulihan adalah kegiatan yang
berupaya memulihkan keadaan yang telah mengalami kerusakan. Menurut Diposaptono
(2001:8-15), kegiatan pemulihan dapat berupa restorasi, rehabilitasi maupun
rekonstruksi. Berdasarkan hasil penelitian Suhardi (2001:2-1), pendekatan
sedimen sel dapat diterapkan di Indonesia dalam menangani masalah erosi (tipe
pantai terbuka) dan akresi (tipe pantai terlindung. Sedangkan pada kasus
tumpahan minyak dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: metode
fisika/mekanis (penggunaan boom, absorben, dan skimmer[7]), metode kimia
(penggunaan dispersan), metode biologi (bioremediation), dan dengan pembakaran.
BAB IV. KESIMPULAN
Daerah
pesisir memiliki daya tarik dan potensi ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu,
berbagai pihak berlomba-lomba untuk memanfaatkan dan mengelola daerah pesisir.
Maraknya aktivitas yang dilakukan menjadikan ekosistem pesisir rentan terhadap
kerusakan dan perusakan yang terjadi. Permasalahan yang terjadi disebabkan oleh
dua faktor, yaitu faktor alam berupa bencana alam dan faktor antropogenik.
Kerusakan yang dilakukan akibat ulah manusia dapat bersumber dari darat maupun
laut. Sumber kerusakan yang berasal dari darat berupa limbah industri, limbah
rumah tangga dan limbah pertanian. Sedangkan kerusakan yang berasal dari laut
berupa pengerukan sedimen dan pembuangan material hasil pengerukan serta
tumpahan minyak. Dampak negatif yang ditimbulkan tidak hanya merugikan
lingkungan dan biota yang ada tetapi juga dapat membahayakan manusia itu
sendiri. Penanggulangan atas permasalahan pesisir yang terjadi perlu dilakukan.
Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan mitigasi, kegiatan preventif/pencegahan
dan kegiatan pemulihan.
DAFTAR PUSTAKA
http://femyaap.wordpress.com/2011/05/22/permasalahan-pesisir-dan-penanggulangannya/diakses tanggal 21 februari pukul 18.00
Lampiran
1
Tabel
1.1 Beberapa Contoh Kejadian Pencemaran Pesisir dan Laut Indonesia
Peristiwa dan lokasi
|
Waktu kejadian
|
keterangan
|
Super tanker Jepang “Showa Maru”
seberat 237.698 ton kandas di Selat Singapura menumpahkan 7.000 ton minyak
bumi (crude oil) yang mencemari pantai Indonesia, Singapura, dan Malaysia
|
6 Januari 1975
|
Kandasnya tanker ini merupakan
pencemaran minyak terbesar yang terjadi di perairan Indonesia dan menyebabkan
kerusakan ekologis lingkungan pantai yang parah (Sumber berita: Pewarta
Oseana, tahun V, No.1,1979, LON LIPI, Jakarta)
|
Limbah organik berupa masuknya
limbah rumah tangga, limbah industri, dan air ballast kapal di pelabuhan
Tanjung Priuk. Selain itu, di Teluk Jakarta sering mengalami blooming alga
beracun yang berakibat kematian missal ikan secara mendadak
|
Terjadi hampir sepanjang Tahun ,
tercatat sejak tahun 1972
|
Hal ini mengakibatkan perairan
mengalami peningkatan kandungan nutrient sehingga mengakibatkan penurunan DO
(Sumber berita: Suara Publik edisi November 2004)
|
Teluk ambon tercemar bakteri E.
Coli akibat banyaknya masyarakat yang masih banyak membuang Samoah, kotoran
binatang di tepi laut
|
Juli 1977
|
Penelitian dilakukan selama 2
tahun oleh puslitbang sumberdaya laut LIPI ambon (sumber berita ; Kompas, 26
juli 1997)
|
Sampah dari daratan jakarta,
penggunaan potassium untuk mengambil ikan dan adanya pengerukan pasir liar di
daerah kepulauan seribu
|
Terlalu hampir sepanjang tahun
|
Pemandangan pantai yang kotor dan
tidak menarik, kerusakan terumbu karang dan hutan mangrove, serta abrasi
pantai terjadi di kepulauan seribu ( sumber berita ; http://www.kompas.com
|
Pembuangan limbah talling di
teluk Buyat, Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara
|
Terjadi mulai tahun 1996, namun
baru terekspos pada tahun 2004
|
Pencemaran logam berat ( mercuri) mengakibatkan gangguan
kesehatan pada masyarakat sekitar teluk Buyat (Sumber berita : Harian Kompas,
12 April 2004)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar